Monday, January 31, 2011

I Hate The Feeling of Emptyness

I can’t focus well, I don’t know what I’m doing, and I question a lot of things. I question myself, what’s my purpose in life ? Why should I even bother doing this, or that. Like, why am I even alive ? Then, I start getting more negative. Every little thing I do starts to give out the ‘I don’t give a fuck’ kind of attitude. I hate this feeling. Even if people are trying to cheer me up when they know I’m down, I just smile back at them and send out a laugh that maybe convincing to them that I’m alright, when I’m not. I have to fake an emotion to hide what I’m really feeling inside. These are moments where I wish I lived somewhere carefree, or somewhere I’m constantly happy instead of going through a day faking it. That empty feeling changes me, and when I feel it coming, I just hope for the best that it’s over so I can feel at least a slight happiness.

End.

Saturday, January 29, 2011

Apalah Arti Sebuah Nama

Kemarin saya sempat maen ke Homenet, sebuah warnet yang dikelola sama 2 makhluk aneh. Yang pertama Bang Arya, cowok brewokan yang hobi banget ngomentarin status Facebook saya dengan kata-kata gak penting dan terobsesi punya pacar backpacker yang cantiknya kayak Dian Sastro (emang ada, gitu?). Yang satunya lagi Bang Rosyid a.k.a. Bang Epan, cowok yang suka maen gitar sambil nyanyiin lagunya Zee Avid dan punya tangan yang subhanallah lentik dan halus banget!

Tujuan saya menulis kali ini bukan buat membahas bagaimana kegilaan mereka berdua, tapi terinspirasi dari mereka yang kemarin membahas soal nama anak. Tiba-tiba saja saya sadar, sudah berapa ratus orang di dunia ini yang menanyakan asal muasal nama saya. Okay, I’ll answer all your questions about my name in here:

Pertanyaan pertama: “Jen, emang nama asli kamu siapa, sih?”
Ya olohh… hari gini masih gak tau nama asliku siapa? Padahal di semua account saya di internet saya selalu melampirkan nama asli. Jeanne Svensky Ligte. Walaupun begitu, masih banyak orang yang gak percaya kalo itu adalah nama asli, malah mereka kira itu nama buat gaya-gaya doank. Hahaha.. susah juga deng kalo punya nama yang terlalu keren, malah gak dipercaya kalo itu nama asli. Tapi gak apa-apa lah, banyak kok orang yang juga anggapnya begitu. Malah mantan pacar saya yang waktu itu sudah pacaran sama saya hampir 2 bulan tiba-tiba bertanya, “Memangnya nama asli kamu siapa?”. Beh, parah..

Pertanyaan kedua: “Emang yang ngasih nama siapa?”.
Yang ngasih nama saya itu papa saya, yang inspirasinya dapat dari om saya Albert yang kerjaannya dulu pelaut, tapi sayang dia udah meninggal..

Pertanyaan ketiga: “Kok bisa namanya rada-rada bule gitu?”
Well, ini sih bukan buat gaya-gayaan mau sok kebarat-baratan, tapi karena papa saya memang ada darah blasterannya. Banyak orang yang bertanya saya ini sebenarnya asli mana. Wah, lumayan susah juga ngejawabnya tuh, soalnya saya memang betul-betul berdarah campuran. Mama saya asli Bugis-Makassar, papa saya tuh yang banyak campurannya. Kakek dari papa saya Ambon-Manado, sementara nenek dari papa saya bule turunan Belanda-Jerman. Jadi papa saya itu Ambon-Manado-Belanda-Jerman. Trus kalo ada orang yang bertanya saya orang apa, dengan penuh keyakinan saya akan menjawab, “Saya orang Indonesia!”.

Pertanyaan keempat: “Jadi arti nama kamu apa?”
Ini pertanyaan yang sebenarnya paling malas saya jawab karena harus menjelaskan panjang lebar. Jadi, Jeanne Svensky Ligte itu punya banyak arti:
  1. Jeanne: Berasal dari bahasa Perancis, artinya yang berkuasa. Berasal juga dari bahasa Ibrani, artinya ombak.
  2. Svensky: Berasal dari Svenska, nama kota di Rusia. Ceritanya waktu saya lahir om saya yang namanya Albert baru saya mendarat di Svenska, yang waktu itu bersamaan dengan hari pertama musim gugur. Pemandangan di sana tuh katanya cantikkk banget. Trus karena saya perempuan jadi namanya berubah jadi Svensky. Seandainya saya laki-laki bakal berubah jadi Svensko. Svensky juga berasal dari Svensk, artinya bahasa Swedia.
  3. Ligte: Berasal dari nama oma bule saya, Joan von Ligte. Marga oma saya memang tidak menurun langsung ke saya seperti marga umumnya, jadi ini juga bukan marga saya. Entah kenapa papa mewariskan nama oma buat saya. FYI, oma bule saya ini dulunya dokter di rumah sakit tuna rungu. Nama oma saya yang turunan Belanda-Jerman ini ada ‘von’, itu artinya masih turunan kerajaan dari papanya yang orang Jerman. Seandainya papanya Belanda, namanya bukan ‘von’ tapi ‘van’.

Pertanyaan keempat: “Suka gak dikasih nama ‘aneh’ kayak gitu?”
SAYA SUKA SEKALI! Mungkin menurut sebagian orang yang tidak tahu betul arti nama saya ini akan merasa aneh, apalagi agama saya yang Islam rasanya kok aneh aja dikasih nama begitu, bukannya Annisa, Siti, atau Fatimah. Yah, waktu kecil saya juga sempat minder dengan nama saya karena sering diolok-olok teman kompeni, atau penjajah. Saya sampai nangis dan minta nama saya diganti saja. Tapi seiring dengan saya mengerti arti nama saya ini justru jadi hal yang membuat saya bangga. Setidaknya nama saya ini menjadi inspirasi dalam mewujudkan cita-cita saya. Ya, saya harus ‘mendunia’ seperti papa, om, dan oma. Saya harus bisa sukses seperti mereka, entah itu jadi insinyur, pelaut, dokter, atau jadi backpacker seperti cita-cita saya. Saya mau ke Rusia seperti om Albert (naik pesawat aja , soalnya saya gampang mabuk laut), sekolah di Perancis dan tinggal di Jepang seperti papa, atau bekerja untuk negara seperti oma. Setidaknya dengan nama saya mereka sudah memberi pelajaran kalau dunia ini sangat luas dan sayang sekali kalo saya berpuas hati dengan apa yang saya miliki sekarang ini. Dan mungkin juga, belajar bahasa Swedia sedikit lebih mudah daripada bahasa Perancis.

Finally, walaupun opa Shakespeare bilang ‘apalah arti sebuah nama’, I really don’t care about that. My name is very meaningful, I love it, it really inspires me, and I’m really, so proud of it!!!

KTP dan KTM saya. Percaya kan semua ini nama asli saya?

Thursday, January 27, 2011

Movie Review: Love Me If You Dare

Selain hobi traveling dan menulis, saya juga senang membaca dan menonton film. Khusus untuk film, saya bisa tahan begadang bahkan gak tidur sampai pagi jika sedang semangat buat marathon DVD. Umumnya saya menonton semua genre film, kecuali horor. Bukan karena takut, hanya saja saya selalu nonton film sendirian. Malas banget kan kalo pas adegan ‘jreng jreng’ nya harus teriak sendirian? Kesannya malah gak seru…

Kalau soal asal film, lain lagi ceritanya. Selain film Hollywood dan box office yang selalu jadi target utama saya juga kadang menonton film indie atau film non-English yang istilahnya temen saya ‘film lain-lain’. Umumnya ‘film lain-lain’ yang saya nonton adalah nominasi  British Film Festival, atau juga film JIVE!. Itu lho, film indie dengan ada logo jari warna orange. Umumnya film JIVE! Ini berasal dari kisah nyata dan ada pesan moralnya. Pas banget deh dengan hobi saya yang suka baca buku dengan genre memoar.

Salah satu ‘film lain-lain’ favorit saya adalah film Prancis berjudul Love Me If You Dare yang judul aslinya Jeux d’Enfants. Film yang diproduksi tahun 2003 ini ceritanya tentang Sophie dan Julien, dua anak berumur 8 tahun yang hobinya main truth or dare. Julien yang mendapat hadiah mainan komidi putar menjadikan mainan itu sebagai taruhannya. Setiap Sophie bisa menyelesaikan tantangan, komidi itu diambil oleh Sophie dan Julien harus ditantang balik buat mengambil kembali komidi itu, begitu sebaliknya dan seterusnya.

As they grow older, the game becomes more a glorious addiction and the dares become more and more dangerous. Misalnya saat Julien menantang Sophie memakai underwear di luar ala Superman saat akan ujian. Tanpa mereka sadari lewat permainan ini mereka juga saling jatuh cinta walaupun kenyataannya mereka tidak bisa menikah dan hidup bersama. At the end of the story, mereka sepakat buat mengakhiri permainan gila itu dengan cara menguburkan diri bersama-sama dalam cairan semen di gorong jalan raya yang sedang di cor. Wih, gimana gak ekstrim permainannya tuh?

Anyway, buat kalian yang terbiasa nonton film Indonesia atau Hollywood, mungkin film ini terkesan membosankan. Alur cerita yang berbelit-belit juga bikin kita kadang lost the story di tengah film. Belum lagi pemerannya menggunakan bahasa Perancis yang tidak umum kedengarannya, membuat kita yang sebelumnya terbiasa dengan drama seperti The Lake House atau Letters to Juliet jadi kurang berminat nontonnya.

Tapiii.. yah banyak juga hal menarik dari film ini. As we know, segala sesuatu tentang Prancis kan selalu terkesan romantis, jadi rada melting juga nonton film ini. Di tambah lagi telinga saya yang memang senang belajar bahasa asing bisa ‘dimanjakan’ dengan cara ngomong mereka yang cenderung sengau. Yah, paling tidak kita bisa liat sisi lain Romeo and Juliet yang ‘love you to death’ dengan cara mati yang disepakati kedua belah pihak dan lebih kompak dibanding yang satu minum racun trus yang satunya lagi nembak diri sendiri. Well, not so bad after all :)

So, are you game? 'Cause if you are, I game you to love me! 

Cover versi Perancis Jeux d'enfants

Cover edisi English Love Me If You Dare

Wednesday, January 26, 2011

I Teach Indonesian, I Write In English, I Curse In Dutch

Setelah hampir seminggu ‘bangun’ dari hibernasi saya menulis di blog, alhamdulillah sudah cukup banyak orang yang membaca blog baru saya ini. Komentar pun mulai berdatangan, kebanyakan dari teman-teman sekolah saya dulu yang memang tahu dan sering membaca tulisan saya dari dulu. “Welcome back, Jenny”, atau “Wah, gaya nulis kamu agak berubah, lebih dewasa dikit”, itu komentar terbanyak yang saya terima. Buat yang baru baca tulisan saya komentarnya lain lagi. “Kembangkan bakat nulis kamu, ya”, atau “Aduh, ternyata seorang Jenny bisa juga serius dan sedikit melankolis kalo nulis”. Halah, padahal dari jaman masih SMP dan jadi penulis lepas di majalah Gadis gaya nulis saya juga udah kayak gini. Mereka aja yang baru tau.

Komentar yang berbeda justru datang dari para siswa saya. Yah, bedanya dulu dengan sekarang saya nulis terletak juga di pembacanya. Kalo dulu yang baca cuma teman sekolah, sekarang yang baca tidak cuma teman tapi juga siswa bimbingan tempat saya kerja part-time. Kebanyakan dari mereka senang baca blog saya, tapi banyak juga yang complain dengan alasan “Kak, kenapa semua postingnya harus ditulis pake bahasa Inggris, sih. Kita kan yang masih sekolah gak terlalu ngerti bahasanya. Lagian kakak aneh banget. Ngajar bahasa Indonesia tapi kok semua status Facebook sampe tulisan di blognya pake bahasa Inggris semua!”

Walah, padahal bukan maksud saya mau sok-sok bule pake bahasa Inggris. Dari dulu memang saya lumayan sering nulis pake bahasa Inggris. Selain biar bisa melatih kemampuan saya dalam writing, alasan lain biar orang yang membaca tulisan saya juga bisa belajar mengembangkan kemampuan reading-nya. Tapi yah, berhubung siswa saya kebanyakan masih SMP dan belum terlalu fasih bahasa Inggris, gak apa-apa deh saya kasih sedikit ‘diskon’ artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Biar mereka bisa belajar juga bagaimana cara menulis artikel. Lagian saya juga gak mau diprotes dan dituduh sok-sok bule. I’m proud to be an Indonesian!

Anyway, kalo membahas tentang bahasa, saya pasti selalu bersemangat. Maklum, saya yang terlahir sebagai blasteran keturunan Indonesia-Belanda-Jerman membuat saya sudah terbiasa belajar bahasa asing dari kecil. Apalagi pengalaman saya yang pernah tinggal di Belanda selama 2 tahun (saat itu saya masih kecil sekitar 2 sampai 5 tahun) membuat saya dari kecil sudah diajar 2 bahasa sekaligus. Yah, walaupun saat ini bahasa Belanda saya sudah sangat pasif dan bahasa Inggris saya jarang digunakan untuk speaking.

Ada juga pengalaman saya saat belajar bahasa. Misalnya saat saya baru kembali ke Indonesia dan dimasukkan ke TK oleh orang tua saya. Saya yang saat itu belum terlalu fasih bahasa Indonesia sering dikerjain sama teman-teman saya karena saya tidak mengerti apa yang mereka bilang. Untungnya saya tipe orang yang sangat cepat beradaptasi dalam hal bahasa jadi tidak perlu waktu lama bahasa Indonesia saya sudah kembali lancar. Yang lebih parah malah sepupu saya, Nuni dan Kiky, yang waktu seumuran saya juga pernah tinggal di Aussie ikut papanya yang lagi kuliah S2. Waktu pulang ke Indonesia mereka malah gak ngerti bahasa Indonesia sama sekali, akhirnya mereka telat masuk sekolah 1 tahun karena diikutkan les khusus buat belajar bahasa Indonesia. Ya ampun…

Saya juga pernah belajar bahasa Perancis waktu SD. Kebetulan papa saya lancar berbahasa Perancis dan bermaksud menurunkan ‘bakat’ beliau ke saya. Tapi berhubung saat itu saya juga sedang belajar bahasa Inggris dan kadang-kadang masih ngomong bahasa Belanda, saya jadi kurang interest bisa mengerti pelajaran bahasa Perancis. Jadinya bahasa Perancis saya malah gak berkembang, padahal sebelum meninggal papa saya berpesan suatu saat saya harus bisa fasih berbahasa Perancis..

And how’s my languages today? Setelah 18 tahun saya belajar bahasa asing, hingga hari ini banyak perkembangan yang saya dapatkan. Walaupun saya ‘gatot’ alias gagal total belajar bahasa Perancis, setidaknya saya masih paham bahasa Belanda dan bahasa Inggris saya telah berkembang cukup baik. Berhubung tante saya yang dulunya selalu mengajak saya bercakap dalam bahasa Belanda sudah meninggal, jadinya saya gak punya lagi partner yang bisa menemani saya bercakap dalam bahasa Belanda. Palingan sepupu-sepupu saya yang juga lumayan bisa ngomong bahasa Belanda, itupun kebanyakan hanya kata untuk bahan celaan dan tidak selancar tante saya yang dulu pekerjaannya memang translator bahasa Belanda. Akhirnya bahasa Belanda saya cenderung pasif. Saya memang masih bisa membaca artikel dalam bahasa Belanda, tapi untuk bercakap, wah kayaknya saya sudah kaku bahkan mungkin tidak mampu sama sekali. Setidaknya yang membantu saya tetap mempertahankan bahasa Belanda saya yaitu teman SMP saya bernama Aziz yang juga fasih berbahasa Belanda dan sering mengajak saya chatting dalam bahasa Belanda. Bedank voor Uw vriendelijkheid, mijn beste vriend!

Trus bagaimana dengan bahasa Inggris? Yah, setidaknya sampai hari ini saya masih terus berusaha mengembangkan bahasa Inggris saya, entah itu dengan menulis artikel dalam berbahasa Inggris, menonton film box office tanpa subtitle, atau berbicara dengan beberapa teman dalam bahasa Inggris. Cita-cita saya untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri juga ‘memaksa’ saya untuk tidak boleh malas belajar dan terus memperlancar bahasa Inggris saya. Rencananya tahun ini saya akan mengikuti tes TOEFL dan saya harus bisa memperoleh skor lebih dari 512, skor saya sewaktu ikut tes TOEFL waktu lulus SMA dulu. Wish me luck!

Well, pada akhirnya saya akan selalu semangat untuk terus belajar bahasa asing. Entah itu bahasa Belanda karena cita-cita saya ‘pulang kampung’ dan kuliah S2 di Belanda, atau mewujudkan cita-cita papa saya yang mau saya fasih bahasa Perancis. Intinya ora et labora. Am I a dreamer? Yah. mungkin. But, it'll be come true, someday..

Monday, January 24, 2011

It's Not About The Destination, But The Journey



December 22, 2010, 10:53 pm

In the next few hours I'lll go to Batam, one of the city in Riau Islands Province, for a vacation. I also have plans to celebrate the new year in Singapore and also on vacation for a few days in Malaysia. This holiday as a personal gift for myself. How to deal with college, part-time job as a tutor, my decision to cancel the internship offer from Krakatau Steel as they're not in accordance with the plan of research that I want, all made me stressful and really wasted my time for refreshing. So, this vacation is the best gift after all the struggles I face in this busiest year.

This holiday was different than my previous visit to Malaysia and Singapore. Okay, I've been to Singapore for 3 times, and Malaysia for 2 times. But the vacation this time was different because I will celebrate the new year in Singapore, the first time I celebrate the new year abroad. In addition, the cause of this vacation was different because this time I was on vacation with backpacker style who were armed only with a backpack, and unlike previous vacations that I always under supervision of my parents, this time I was on holiday alone with my brother. It's sounds like a novel title, Honeymoon With My Brother. Wow, what an adventure!

It's lucky that I was born in the family that most of his hobby of traveling and make it as a "part-time job. " When there is a holiday, that's when we travel. There're many destinations, from just across districts to traveling around Europe. That's not a problem, provided your age is 20 years and could be in charge of traveling alone. Because I was already 20 years old, then it could be said this is my first trip as a backpacker.

Previously I've been on vacation to some place. Besides Malaysia and Singapore, I've been to Davao, Philippines, when I graduated from junior high school, and Sidney, Australia, when I graduated from senior high school. In Indonesia, I've been around the island of Java for 3 times, and to the island of Bali. Each of these places provide a different experience for me.

For example, Davao. Davao city is not famous in the world, but in the Philippines, the city was known as the durian city. Unfortunately, I was dating at the moment there is durian season and I really don't like the smell of durian. Finally I had passed out while being there because I couldn't smell the stinging of durian.

Another experience when I was in Sydney. Different time zones and the circulation cycle of the sun which also caused me felt a little different  disoriented with time beside the jet lag. If in Indonesia at 19.00 it was night, there was still brightly there. 21:00 hours at night when the streets has begun to slow in Indonesia, it felt like before sunset. It's difference, right?

So, what about Malaysia and Singapore? Perhaps people are bored by visiting the same country many times, and even tend to waste money. Why don't travel in another country? Well, in addition I don't have enough money for other countries, no matter if I'm on vacation again to that country. It's different, celebrate the new year as a backpacker, not the same as my previous visit. So it's no problem for me, like the title of this note, it's not about the destination, but the journey.

Because that experience so I aspire to be a backpacker. My goals are around the world, take pictures with the background of 7 wonders of the world (I already have 1, Borobudur!), visit exotic places like Angkor Wat or India, to the Papua New Guinea to see the culture that is still primitive. Not the wealth and treasure that I want to have in the future, a collection of photos, stories and experiences about a variety of life around the world that I can share for the people shall be my precious treasure that is not necessarily other people can have such as jewelry or a luxury home . Traveling is as young, and gather experience while you can.

So, there is no other reason for not traveling, right? Let go!


PS: Copy paste dari note saya di facebook. I know it's too late to post in blog, but it still interesting to read :)

Sunday, January 23, 2011

Happy Birthday, Mrs. Najmi!

Hello there, happy sunday!

Well, I just want to say Happy Birthday to Mrs. Najmi as my lovely mom! Yah, walaupun tahun ini saya sedikit mengecewakan mama karena tidak bisa memberikan kado ulang tahun atau sekedar membelikan kue tart berhubung dompet saya sangat cekak (lagian mama juga gak suka kue tart).

Yang membuat saya juga mengecewakan mama karena hari ini seharusnya saya menemani mama ke rumah nenek dan membantunya membersihkan di sana. Berhubung hari ini ada urusan kerjaan (saya harus ikut rapat persiapan ulang tahun dan rapat divisi di tempat saya bekerja) jadi yahh... batal lagi deh saya menemani beliau! I feel so sorry about that.. :"(

But after all, I wish all the best for her. Panjang umur, diberi kesehatan oleh Tuhan, tidak suka marah-marah atau ngomel (yah, mamaku memang sedikit bawel), lebih tegar dan kuat dalam menghadapi hidup, bla bla bla.. . (silakan diisi sesuai keperluan).

Once again, happy birthday mommy!. We love u so much..


this is my mom. biarpun udah tua tetap berasa muda gitu, 
dan masih semangat dengan obsesinya buat traveling keliling dunia

Saturday, January 22, 2011

How We Used To Be



We are a draft that I could never publish.
We are a story that the writer will never stop to write.
I’m your harlot, you are my monk,
It always be like that without an ending.

Bon Voyage, Brother. I'm Gonna Miss You So...

Tonight I'm staying at my cousin's house named Rifky. This time is different from usual nights. Why? Because tomorrow he'll move to Batam and will stay there onwards.


Really sad, yes. I suddenly remembered how much time we spent together. From he was a baby, we've grown up together until now. That's why we're both extremely compact, although we're different in characters and ways of thinking.


And today, he'll leave me. This is our first time separated so far for a long time. It's very sad to remembering how he had to leave all the achievements and dreams that he has made until this day. And he must face a new life and start from beginning all over again.

But maybe it was already the plan of God. And I believe, although we had to separated but we can keep the spirit to reach all the dreams and our goal with our own ways.

Bon voyage, brother. See you soon. I'm gonna miss you so...

 He's coquettish, I'm tomboy. But we're both narcissistis

Many people said the we both have the same eyebrows. Don't you think so?

Friday, January 21, 2011

Kalau Aku Punya Pacar



Kalau aku punya pacar, tingginya pasti lebih dariku sehingga aku akan menengadahkan kepalaku untuk memandangnya. Atau hampir setinggi aku, tak apa, yang penting aku tahu dia menyayangiku sebesar aku menyayanginya.

Kalau aku punya pacar, ia adalah orang yang senang tertawa, menyukai humor dan selalu menertawai diriku. Dia pikir akulah yang selalu membuat dirinya tertawa. Dia akan menepuk kursi di sebelahnya, menyuruhku untuk duduk di sampingnya, dan menawarkan kue kacang. Dan aku akan berkata bahwa aku tidak suka kacang.

Kalau aku punya pacar, dia bukan seorang yang porno. Dia menghormatiku sebagai perempuan, dia akan berlaku sebagaimana seorang gentleman memperlakukan perempuan.

Kalau aku punya pacar, aku akan memeluknya ketika aku duduk di belakangnya di atas motor.

Kalau aku punya pacar, dia akan mengetahui segala tentangku padahal sepertinya dia tidak pernah terlihat mencari tahu tentang sesuatu. Dia akan mengetahui ukuran sepatu dan bajuku, kebiasaan-kebiasaanku, bahkan makanan kesukaan ibuku.

Kalau aku punya pacar, dia akan sebang begitu aku menyelesaikan sebuah tulisan di blogku. Dia tidak berlebihan, dia akan memuji dan memberi masukan dengan kata-kata yang lembut.

Kalau aku punya pacar, mungkin kami akan bertengkar sebentar. Tapi kami berusaha untuk cepat-cepat menyelesaikannya, membuatnya lebih baik, dan saling memaafkan. Karena kami tahu kami tidak mau kehilangan satu sama lain.

Kalau aku punya pacar, kami akan saling merindukan.

Kalau aku punya pacar, dia mungkin bukan orang yang romantis. Dia mungkin tidak memberiku bunga atau coklat, tapi dia suka menyelipkan sesuatu ke dalam tasku. Entah itu buku yang selama ini kuinginkan atau hanya secarik kertas dengan tulisan “let me be your blanket when your heart is cold”.

Kalau aku punya pacar, dia tidak suka melihatku menangis. Dia akan memelukku, membiarkanku tenang, lalu mengajakku jalan-jalan ketika aku bersedih. Sebaliknya, dia akan ikut tertawa jika aku tertawa.

Kalau aku punya pacar, tangannya tidak akan memiliki otot-otot besar seperti binaragawan. Tubuhnya sedang, sebagaimana diriku.

Kalau aku punya pacar, keluarganya akan menerimaku dengan hangat. Seluruh anggota keluarganya akan mengenalku dan mengajakku berbuka puasa bersama.

Kalau aku punya pacar, aku akan senang sekali menunggunya ketika dia shalat Jumat. Dan aku akan senang melihatnya memakai baju koko. Tidak pakai juga tidak apa-apa, tapi di tangannya ada sebuah sajadah yang dibawanya.

Kalau aku punya pacar, dia akan terlihat sangat tampan ketika memakai jas.

Kalau aku punya pacar, aku akan membuat diriku lebih dewasa dalam berpikir. Aku akan belajar bagaimana menghargai orang lain, mencoba mengurangi sifat egoisku, dan memahami perasaan orang lain.

Aku akan menunggunya, dia yang disiapkan oleh Tuhan . Dia yang mempunyai separuh hatiku, dia yang terbaik dari semua laki-laki yang pernah kutemui. Dia ada di suatu tempat, entah itu ribuan kilo jauhnya atau mungkin hanya beberapa langkah dan tepat di mataku. Dia di sana untuk kutemukan…


BAKTI, A Place For The Other Side of Myself

This morning I was in a place called BAKTI, one of the centers of knowledge in my town. This is my favorite place if I want to spend my leisure time or if I want to be alone. Probably not many people know about this place. Every time they asked me where or from where am I, and I mention the name of this place, they would ask, “BAKTI, what is that?” Though this place has been standing for a long time, since I was in junior high school until now I’m in third year in my college I’ve often visited this place.

When people, mostly my friends ask what this place, then I’ll explain. “It’s the center of knowledge. In that place there’s a library, meeting rooms, and wi-fi internet facility. Everything’s free, you don’t have to pay for the facilities”. Then they simply said, “Oh, I just know there’s a place like that”. That’s it.

Okay, maybe if you come to this place for the first time this place seems so boring. The people who come here are mostly activists, college students who’re looking for literatures for thesis, or the people who’re busy with their own business. It impressed individualist. Library? Don’t imagine that you’ll find a comic, novel, or teenlit. There’re just heavy books, literatures that’s usually required in doing thesis. The books’re also mostly in English. Or don’t imagine you can  find a tabloid or magazine for music or infotainment. In this place you’ll find something like Jakarta Pos or National Geography.  It’s not a café or hangout place that usually visited by young people to hanging out. So they may feel bored to be here.

So why I feel so comfortable to be here?

Lots of reasons. In addition to the employees who’re very friendly to me, and many positive things I can get when  visiting here. In this place I can go online with my laptop all day long without having to pay. I also can meet with many activists from other countries, talk and get much information from them while practicing my English and Dutch. I can also read as much recent National Geography which indeed is my favorite magazine all over the world. Anything else? Yes, in here there’re many scholarship information that has been less people know, something that I looking for my future later on. Lastly, the coffee in the cafeteria is delicious!

So, eventhough there’re many other places in this town that may be more interesting to be a place for hanging out with friends, this is still my favorite place if I want to be alone. Even I’ve rarely come here lately because I was so busy, but I had a spare time I tried to go here. And does this mean I’m a nerd and introvert person? Well,no. This is just a reflection of my other self and I think this is better than just spending my time with nothing to do. At least, being a fussy person and like traveling doesn’t mean I can’t try to be smarter, right?

PS: Sorry, there's no picture for this post. I forget to bring my camera. But if you want to know further information about BAKTI, you can visit the site.

Thursday, January 20, 2011

When Selfih and Jealous Could Broke Your Heart, or Worse, Your Hands

Well, it's already past midnight. In this condition, my eyes still awake, something that rarely happens on Wednesday. And I'm really tired all because my all housework and I must teach for 5 hours. Usually at times like this my eyes are very sleepy and can't do anything else. Not infrequently I plan to learn the Dutch language TOEFL has canceled due because I really tired. Sleep, the best thing and the only thing I can do.

But tonight is different. Though I don't drink coffee all day or take a nap. Drinking beer, let alone.

What makes tonight different is because I had a big fight with my boyfriend. Yes, a big fight, so great as can cut my hand and be a victim of my knife that I gave to him, a souvenir from a holiday yesterday. I'm not trying to kill myself, it's just both of us were really out of control and so crazy, and think that a very sharp knife was only regarded as a rubber eraser. Although previously I also had a big fight with my ex-boyfriends, but never until this bad, and I slapped him, something I had never done before, and one of us have hurt (correction, he was also injured on her lips because I slap). It's crazy, really crazy.

Finally I asked myself, is this should I undergo a relationship? And I always hope my relationship with him could be lived with maturation and I never imagined we would fight like this. The worst thing we fight over because too general reasons: selfish and jealous. Suddenly I felt as if my self is not useful. At the age of 20 years I have had many previous dating experiences beforen and still I fight with my boyfriend because the same thing. So what's the point I always quasi-adult and give advice on love to my friends if I solve mine was not in maturation? In fact must be resolved with a slap and blood? How bastard me!

And should I slap him? One thing I really, really hate to do. Maybe because I grew up with a slap. Whether it's from dad, mom, or from my seniors, I hate being slapped, and I've promised not to slap anyone. But it turns out I slapped my boyfriend tonight. Then I suddenly remembered my parents, who divorced because of domestic violence. I hate it. But what's the difference between me with my parents if I was also persecuted the people I love? Why do I then become the person with bad attitude? Even if we were destined, whether this will still happen until we get married later?

Well, maybe we were wrong, and I was really wrong. I was wrong in taking attitudes and decisions in this relationship. Perhaps I still have to learn, to know how he is, his world, as well as his attitudes and his ways of thinking. I'm aware, we're both from different worlds. But hey, even Cathy Sharon and Ridho Roma comes from a really different world, right? So, who says we can't try to make a good relations?

It's also not the last argument. Even if we both are paired, it's just a small problem from more problems we would face later. And though our world is different, it doesn't mean we can't understand each other. And I will learn from this mistake, although it may take a little longer. If I really truly love him, someday I can certainly accept and understand him completely and the way he is.

Slow, but sure.

 
This is my hand was hurt last night

 
It became worse and can't stop bleeding. If this won't better until tomorrow, 
I'll take it to the doctor for stitches

Talking About Talent


I had a conversation with my friends a few days ago. Not a serious conversation, only a small talk on the sidelines of lunch. The conversation was about talent.

What is your talent? What is your expertise? Since when did you realize have a talent? In fact, many of my friends are talented in various fields. There is Misha, who can play guitar. There is Welly, who can draw, even he'd often drew for me in our first year in college . Or Ecil, my friend whose voice is really good if singing, and many other friends with their own different talents.

Suddenly, a friend of mine asked me, "Jenny, I think you're good in writing. Once your poems and articles was published in many magazines girl, right? And you've often win the speech and article contests. It was also a talent, you know ... ". Wow, her question is made me realize two things. First, it showed that I was also a talented person. Second, unfortunately i never improve my talent anymore and it eventually disappear. Even worse, now I look like someone who is not gifted in terms of writing.

My friend's question kept ringing in my head. Back to home, I casually opened the files on my old laptop. Yes, obviously I've written many articles and poetry when i was in high school. Still not satisfied, I then opened the old magazines in which my articles have been published. I then read them all again. Well, i can't imagine that all those beautiful words ever flowed out of my brain and I've wrote it all, even appeared in national magazines and won the contests. The question now, where is my talent now? Why I don't have the inspiration and the ability to write now? Are my articles still good for people to read?

Yes, when I was in high school I really like to writing. Many things can give me the inspirations to write on. However, since I was in college I became very busy. Many of my duties and activities on campus made I don't have any time to write. Finally, talent and all the inspiration it buried with all my activities as a busy student and tutor at the same time.

Idly I've uploaded one of my poems in Facebook and tagged to some of my friends. I do not think, they all praised it. They do not think it turned out I had a talent for writing as they read. My confidence began to return.


Finally, at division meeting this afternoon. When I met my friend who had read my poem on Facebook, she said that she really liked reading it, she even gave me the spirit to re-write the same way again. "Come on Jen, write again. Your poem is good, do not let that talent go away. " Wow, her words really encouraged me.

Now, I've decided. I'll be back writing again. Back pouring all my ideas and thoughts, whether in the form of poetry or just a mild article. Learning to write from begin, actually. But never mind, I can learn to improve this talent who had lost it. The important thing is I didn't lose my talent. Talent is a gift from God, and I don't want to lose such talent for the second time.

For kak Tika and all my friends who already inspires and supports me, thanks a lot. Now, I found my spirit back ...

Welcome Back!

Hello bloggers,

If you had already know me before, you must be know my old blog. The name was Gelisah Dalam Dada. Sounds nasty, huh?

But now, i'm back into blog-world with this new account.  My old blog no longer valid because I forget the password. But don't worry. If you want to read my old post from my old blog I still have the files in my laptop. Maybe I will post a few in here, although the way I write now is really different than when I was high school.

So, up to you. Whether you liked the way I write now or I am a long way, that's your choice. I just want to show to the world that I'm grow up, and I've changed. But I still want to share what's on my heart and mind to the world. Just sit, enjoy it, and happy reading!